Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup,sejak dia masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Kalau sebelumnya Pandu tidak tahu nama dan letak ibukota provinsi Banten, dan sekarang sebagai siswa SD dia dapat menyebutkan nama dan menunjukkan letak ibukota provinsi tersebut, maka kita katakan siswa SD itu telah belajar. Begitu pula halnya kalau dia sebelumnya tak dapat menulis angka 1 s.d 10 dan sekarang dapat menuliskannya dengan lancar, baik dan benar. Begitu pula Mirna, sebelum kursus komputer, dia tak dapat mengoperasikan komputer, sekarang dengan lancar dan mahir dia dapat menggunakannya. Atau si Koko, dulu dia tidak tahu siapa R.A.Kartini, sekarang dia tahu dan sangat kagum serta menghargai perjuangan serta jasa-jasanya. Koko telah belajar karena ada perubahan baik dalam pengetahuan maupun sikapnya.
Berikut ini beberapa perspektif para ahli tentang pengertian belajar. Dalam The Guidance of Learning Activities W.H. Burton (1984) mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Sementara Ernest R. Hilgard dalam Introduction to Psychology mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan.
H.C. Witherington dalam Educational Psychology menjelaskan pengertian belajar sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian. Gage Berlinger mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
Harold Spears mengemukakan pengertian belajar dalam perspektifnya yang lebih detail. Menurut Spears learning is to observe, to read, to imitate, to try something them selves, to listen, to follow direction (Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar dan mengikuti aturan. Sementara Singer (1968) mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku yang relatif tetap yang disebabkan praktek atau pengalaman yang sampai dalam situasi tertentu. Gagne (1977) pernah mengemukakan perspektifnya tentang belajar. Salah satu definisi belajar yang cukup simple namun mudah diingat adalah yang dkemukakan oleh Gagne: “Learning is relatively permanent change in behavior that result from past experience or purposeful instruction”. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan/ direncanakan. Pengalaman diperoleh individu dalam interaksinya dengan lingkungan, baik yang tidak direncanakan maupun yang direncanakan, sehingga menghasilkan perubahan yang bersifat relatif menetap.
Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah (1) bertambahnya jumlah pengetahuan, (2) adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi, (3) ada penerapan pengetahuan, (4) menyimpulkan makna, (5) menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas, dan (6) adanya perubahan sebagai pribadi. Dari berbagai perspektif pengertian belajar sebagaimana dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan yang bersifat relatif konstan.
Ada sebagian kalangan mempertanyakan jika belajar ada korelasinya dengan perubahan, lalu apakah semua jenis perubahan adalah hasil belajar? Tentu saja tidak semua perubahan tingkah laku dapat kita sebut belajar. Iwan si pendiam, sejam yang lalu diajak kawan-kawannya masuk ke sebuah rumah makan. Sekarang dia keluar dengan banyak bicara, tertawa-tawa berceloteh tak karuan dan gontai jalannya. Perubahan tingkah laku siswa kelas III SMA tersebut bukan karena proses belajar, tapi akibat minuman keras yang mengganggu syaraf pengontrol kesadarannya. Atau sebaliknya Tati yang ceria itu tiba-tiba menjadi pendiam dan pemurung karena penyakit yang dideritanya. Perubahan tingkah laku ini bukan pula karena proses belajar. Begitu pula dengan Achmad yang menginjak remaja, tiba-tiba suaranya menjadi bertambah berat. Perubahan ini bukan pula karena proses belajar tetapi karena proses pertumbuhan fisik.
Kalau kita simpulkan, seseorang telah belajar kalau terdapat perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya, tidak karena pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan. Kecuali itu perubahan tersebut haruslah bersifat relative permanen, tahan lama dan menetap, tidak berlangsung sesaat saja.
Dengan memahami kesimpulan di atas setidaknya belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Adanya kemampuan baru atau perubahan . Perubahan tingkah laku bersifat
pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), maupun nilai dan sikap (afektif).
2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan
3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan
terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.
Eksistensi manusia sebagai mahluk individu dan mahluk sosial meniscayakan dirinya untuk berusaha mengetahui sesuatu di luar dirinya. Ini yang kemudian dikenal dengan istilah belajar. Namun pertanyaannya mengapa manusia mau belajar? Setidaknya ada delapan kecenderungan umum mengapa manusia mau belajar. Pertama, ada semacam dorongan rasa ingin tahu yang kuat. Dorongan ini berasal dari dalam dirinya untuk mengetahui sesuatu . Biasanya rasa ingin tahu ini diwujudkan dengan munculnya sejumlah pertanyaan-pertanyaan. Kedua, ada keinginan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai tuntutan zaman dan lingkungan di sekitarnya. Hal ke dua ini adalah faktor eksternal yang mampu mendorong manusia mau belajar. Apalagi di era global saat ini yang meniscayakan pentingnya kemampuan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Ketiga, meminjam istilah Abraham Maslow bahwa segala aktivitas manusia didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan biologis sampai aktualisasi diri. Untuk memenuhi kebutuhan inilah kemudian manusia mau belajar. Keempat, untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang sudah diketahuinya. Hal ini biasanya dilakukan untuk menambah wawasan seseorang. Kelima, untuk mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya. Rupanya tidak semua orang begitu mudah untuk melakukan sosialisasi, apalagi beradaptasi dengan lingkungannya. Karena itu ada sebagian orang yang khusus mau belajar karena adanya kepentingan untuk bersosialisasi dan beradaptasi. Keenam, untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri. Intelektualitas adalah modal penting untuk berkompetisi di era zaman yang penuh kompetisi ini, selain itu ada tidak sedikit orang yang merasakan bahwa potensi dirinya belum tergali. Karena itu ia mau belajar. Ketujuh, untuk mencapai cita-cita. Sebagai manusia yang membutuhkan aktualisasi diri maka cita-cita adalah hal lain yang mampu mendorong seseorang untuk belajar. Hampir bisa dipastikan tidak mungkin seseorang mau belajar tanpa ada cita-cita terlebih dahulu. Kedelapan, sebagian orang ada yang mau belajar hanya karena untuk mengisi waktu luang. Hal ini terjadi karena adanya waktu luang yang belum bisa dimanfaatkan dengan baik oleh orang tersebut, karena itu untuk mengisi kegiatan ia mau mengisi waktu luangnya dan digunakan untuk belajar sesuatu yang dinilainya bermanfaat.
Sumber bacaan
Ali Imron (1996), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT.Dunia Pustaka Jaya
Anderson & Krathwohl (2001), A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing,
USA: Addison Wesley Longman, Inc.
Prasetya Irawan dkk (1997), Teori Belajar, Motivasi dan Ketrampilan Mengajar,
Jakarta: PAU-PPAI Dirjen Dikti Depdikbud
Suparman, Atwi (2001), Desain Instruksional, Jakarta: PAU-PPAI Dirjen Dikti
Depdikbud.
W.S.Winkel (1991), Psikologi Pengajaran, Jakarta: Penerbit PT.Grasindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar