a. Penilaian formatif dan Sumatif
Tes hasil belajar yang selama ini dilakukan di ruang-ruang kelas sebenarnya merupakan penilaian sumatif (summative assesement). Ciri dari penilaian sumatif adalah dilakukan diakhir pembelajaran. Teknik yang digunakan untuk mengukur hasil belajar ditentukan oleh tujuan pembelajaran, namun biasanya meliputi, tes buatan guru dan kelayakan unjuk kerja (seperti lisan, kerja laboratorium), dan penilaian hasil (seperti pembuatan tema, laporan penelitian). Sekalipun tujuan utama dari penilaian sumatif adalah mengukur atau membuat tingkatan prestasisiswa, penilaian sumatif atau tes hasil belajar juga menyediakan informasi bagi pertimbangan keberhasilan dan keefektifan suatu pembelajaran. Ciri-ciri penilaian sumatif dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 1
Ciri-ciri dari penilaian Sumatif/Tes Hasil Belajar
Aspek | Deskripsi |
Fokus pengukuran | Butir-butir tujuan pembelajaran khusus |
Sifat soal | Luas meliputi tujuan pembelajaran khusus |
Tingkat kesulitan butir soal | Memiliki jangkau yang luas, dari butir soal yang sangat mudah samapai sangat sulit |
Waktu penyelenggaraan | Di akhir suatu unit pembelajaran |
Kegunaan dari hasil | Menentukan prestasi siswa atau mengevakuasi proses pengajaran |
Tes hasil belajar oleh Cronbach (1970) digolongkan ke dalam unjuk kerja maksimum digunakan untuk menentukan kemampuan perorangan siswa. Prosedur unjuk kerja maksimum ditekankan pada seberapa bagus penampilan individual ketika mereka termotivasi untuk memperoleh skor setinggi mungkin.
Secara garis besar penilaian dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Penilaian formatif dengan maksud memantau sejauh manakah suatu proses pendidikan telah berjalan sebagai mana yang telah direncanakan . Biasanya diberikan secara periodik selama pembelajaran untuk memantau kemajuan belajar siswa dan memperoleh balikan untuk guru dan siswa
2. Penilaian sumatif dilakukan untuk mengetahui sejauh manakah peserta didik
dapat berpindah dari satu unit pembelajaran ke unit berikutnya. Biasanya diberikan pada akhir suatu program pembelajaran atau satu unit pembelajaran dan hasilnya digunakan untuk menentukan seberapa jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa perbedaan antara penilaian formatif dan penilaian sumatif bukan terletak pada kapan itu dilaksanakan, tetapi terutama pada fungsi dan tujuan tes itu dilaksanakan.
b.Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN)
Penilaian Acuan Patokan (criterion referenced test/ objective referenced test/
domain refereced test) mengukur tingakat pencapaian belajar siswa dengan patokan tertentu, dalam hal ini pencapaian terhadap tujuan pembelajaran khusus atau indikator pembelajaran. Skor yang dicapai siswa ditafsirkan sebagai tingkat penguasaannya terhadap perilaku dalam tujuan pembelajaran khusus yang akan diukur. Persentase skor yang dicapai siswa dibandingkan dengan skor maksimum yang mungkin dicapai, berapa persen siswa menguasai perilaku tersebut? Atau seberapa tingkat penguasaan siswa tertentu terhadap perilaku yang terdapat dalam tujuan pembelajaran khusus tersebut?
Ciri-ciri penilaian acuan patokan:
1.mengukur sejumlah besar perilaku khusus dalam jumlah terbatas dengan banyak butir tes untuk setiap perilaku.
2.menjelaskan perilaku yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan oleh peserta tes
3.mementingkan butir-butir tes relevan dengan perilaku yang akan diukur tanpa peduli dengan
tingkat kesulitannya
4.digunakan terutama untuk tes penguasaan
5.penafsiran hasil tes membutuhkan pendefinisian perilaku yang diukur secara jelas dan terbatas.
Penilaian acuan norma (norm referenced test) disusun untuk menentukan kedudukan atau posisi seorang peserta tes diantara kelompoknya, bukan untuk menentukan tingkat penguasaan setiap peserta tes terhadap perilaku yang ada dalam tujuan pembelajaran khusus. Tes harus disusun untuk dapat membedakan antara peserta yang satu dengan peserta yang lain, antara peserta yang lebih pandai dan peserta yang kurang pandai. Butir tes harus dipilih yang mempunyai daya pembeda tertentu, yaitu butir tes yang hanya dapat dijawab benar oleh seluruh atau sebagian besar siswa yang pandai dan tidak atau hanya sebagian kecil siswa yang kurang pandai.Butir tes juga harus pula mempunyai tingkat kesulitan. Pengukuran daya pembeda dan tingkat kesulitan butir tes harus dilakukan dalam uji coba sebelum digunakan di lapangan.
Ciri-ciri Penilaian Acuan Norma:
1.mengukur sejumlah besar perilaku khusus dengan sedikit butir tes untuk setiap
perilaku.
2.menekankan perbedaan diantara peserta tes dari segi tingkat pencapaian belajar secara relatif.
3.butir-butir tes mementingkan butir-butir tes yang mempunyai tingkat kesulitan sedang, membuang tes yang terlalu mudah & terlalu sulit.
4.digunakan terutama untuk tes survey.
5.penafsiran hasil tes membutuhkan pendefinisian kelompok secara jelas.
Prosedur Penyusunan Tes Acuan Patokan
Langkah-langkah dasar untuk menyusun tes adalah :
a. Menentukan maksud tes: Ada dua maksud utama yaitu memberikan balikan bagi siswa dalam setiap proses belajarnya dan menilai efektivitas system pembelajaran secara keseluruhan.
b. Membuat tabel spesifikasi (kisi-kisi soal):
1.Kolom pertama berisi daftar perilaku atau kata kerja yang terdapat
dalam Tujuan Pembelajaran Khusus (indikator)
2.Kolom kedua berisi persentase yang menunjukkan bobot setiap perilaku. Bobot ditentukan atas dasar penting-tidaknya dan luas-tidaknya perilaku tersebut dibanding perilaku yang lain. Jumlah bobot seluruh perilaku 100%
3.Kolom ketiga menunjukkan jenis tes untuk setiap indikator. Jenis tes ditentukan atas pertimbangan kesesuaian perilaku dalam setiap indikator dengan kelebihan dan kekurangan setiap jenis tes.
4.Kolom keempat menunjukkan jumlah butir tes yang akan dibuat. Jumlah butir tes akan menentukan waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes tersebut.
c. Langkah ketiga adalah menuliskan butir-butir soal. Hal yang harus diperhatikan dalam menulis butir tes adalah:
1. macam dan jumlah butir tes sesuai tabel spesifikasi
2.Menggunakan komponen kondisi dalam indikator sebagai dasar
dalam menyusun pertanyaan.
3.Setiap menulis satu butir tes, ajukan pertanyaan: “Seandainya siswa
dapat menjawab pertanyaan atau melakukan perilaku yang
dikehendaki oleh butir tes dengan benar, apakah berarti ia telah
mampu menguasai perilaku seperti yang tercantum dalam indikator?
d.Langkah keempat merakit tes: butir tes yang telah selesai ditulis dikelompokkan atas dasar jenisnya, kemudian diberi nomor urut 1 dan seterusnya.
e.Langkah kelima menulis petunjuk untuk setiap jenis tes. Petunjuk berisi tentang cara mengerjakan soal dan waktu yang disediakan untuk menjawab. Petunjuk harus sederhana, singkat dan jelas
f.langkah keenam menulis kunci jawaban: Kunci jawavban menunjukkan dua hal yaitu, jawaban yang benar dan cara pemberian skor untuk setiap butir tes.
g.langkah ketujuh adalah mengujicobakan tes. Uji coba dilakukan untuk melihat:
-kualitas tiap butir tes
-kejelasan dan kesederhanaan petunjuk cara menjawab
-kemudahan siswa memahami maksud setiap pertanyaan
-kelengkapan alat-lat yang harus dibawa siswa seperti kalkulator,
tabel, kertas jawaban, pensil dan sebagainya.
-Kesesuaian waktu yang dibutuhkan siswa dengan yang ditetapkan
dalam tes.
-Kejelasan dan kebersihan pengetikan.
h.Langkah kedelapan: menganalisis hasil uji coba, dilakukan untuk melihat 2 hal; a)kualitas setiap butir tes dan 2)kualitas teknik penulisan dan kualitas fisik.
i. Langkah terakhir adalah merevisi tes.
Apabila ke sembilan langkah ini selesai direncanakan, maka perencanaan pembelajaran dapat mengadminstrasikannya dalam bentuk lembar soal atau buku soal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar