Selamat Datang

Selamat datang di tbp-unj.blogspot.com. Blog ini merupakan blog pembelajaran Teori Belajar dan Pembelajaran.

Senin, 31 Oktober 2011

E. Evaluasi Pembelajaran Dan Fungsinya


      Pengertian Evaluasi Pembelajaran (proses)
Evaluasi proses mencakup usaha-usaha yang terarah, terencana, sistematik untuk meneliti proses belajar-mengajar yang telaha menghasilkan suatu produk, baik terhadap fase perencanaan maupun terhadap fase pelaksanaan. Evaluasi proses dan evaluasi produk bersifat komplementer. Evaluasi produk memungkinkan untuk menemukan kelemahan-kelemahan itu. Tetapi belum dapat mengungkapkan sebab musabab dari kelemahan-kelemahan itu. Namun, perlu diketahui sebab-sebabnya apabila akan diadakan revisi konstruktif terhadap proses belajar mengajar, baik yang menyangkut kekurangan pada pihak pengelola pengajar maupun yang menyangkut partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar. Evaluasi proses mencakup tinjauan kritis terhadap tujuan –tujuan instruksional, terhadap perencanaan proses belajar mengajar, terhadap pengelolaan proses belajar mengajar, di dalam kelas dan tinjauan kritis terhadap penyelenggaraan evaluasi produk. Evaluasi proses juga menggunakan metode-metode tertentu.

Obyek-obyek Evaluasi Pembelajaran
Mengingat kenyataan bahwa tujuan-tujuan instruksional merupakan landasan bagi semua proses belajat-mengajar yang sungguh-sungguh bermakna, maka tujuan-tujuan itu selalu harus ditentukan dan dirumuskan secara cermat, bahkan mungkin perlu ditinjau kembali secara kritis apakah masih relevan bagi jaman sekarang. Evaluasi itu, sudah dimulai pada fase suatu program pengajaran “baru” sedang dikembangkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Evaluasi ini berupa evaluasi formatif dan mencakup inventarisasi serta perumusan tujuan-tujuan instruksional dan tinjauan terhadap keseragaman antara tujuan-tujuan instruksional umum dengan tujuan-tujuan instruksional khusus.
Proses belajar mengajar terdiri atas beberapa komponen, yaitu Prosedur Didaktik, Media Pengajaran, Pengelompokkan siswa, dan Materi pelajaran, yang semuanya akhirnya terpusat pada proses belajar. Pada fase perencanaan proses belajar mengajar semua kompoen itu dihubungkan satu ssama lain untuk bersama-sama diarahkan ke pencapaian tujuan instruksional. Sambil merencanakan suatu proses belajar mengajar dan sebelum akan melaksanakan rencana itu, guru harus selalu meninjau secara kritis apakah semua komponen ini memang diselaraskan satu sama lain dan semuanya diarahkan ke pencapaian tujuan instruksional. Misalnya, bilamana tujuan instruksional menentukan upaya siswa memiliki informasi tentang proses pelaksanaan pemilihan umum, prosedur didaktik harus disesuaikan dengan proses belajar yang akan dilalui siswa, yaitu dengan belajar informasi verbal. Materi pelajaran harus dipilih yang disesuaikan dengan media pembelajaran yang akan digunakan . Perencanaan yang matang dan tinjauan kritis terhadap rencana yang sudah disusun itu, akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar yang berlangsung kemudian. Bahkan, sesudah fase pelaksanaan selesai dan evaluasi produk menunjukkan kekurangan-kekurangan tertentu dalam penguasaan tujuan instruksional, guru mungkin perlu meninjau kembalisecara kritis rencana pengajaran itu sendiri. Evaluasi terhadap fase perencanaan dapat dilakukan oleh guru sendiri, namun dalam hal ini guru akan bekerjalebih efisien bila menerima tawaran bantuan dari orang-orang lain yang berkompeten.
Sesudah fase perencanaan, muncul fase pelaksanaan. Namun, pelaksanaan hanya kan efektif bila akan dilakukan sesuai dengan rencana, paling sedikit yang menyangkut hal-hal yang pokok. Bilamana evaluasi produk menunjukkan kekurangan-kekurangan tertentu dalam penguasaan tujuan instruksional, hal ini mungkin disebabkan karena kelemahan-kelemahan yang serius dalam pengelolaan proses belajar mengajar di dalam kelas. Evaluasi proses di sini terutama yang menyangkut kecocokan atau kesesuaian (congruence) antara tujuan-tujuan instruksional yang ditetapkan dan yang dalam kenyataan yang dituju, antara keadaan awal siswa yang diperkirakan selama fase perencanaan, dan keadaan awal siswa yang aktual yang nyata pada saat proses belajar-mengajar berlangsung antara perencanaan proses belajar-mengajar dan pelaksanaannya.
Cara mengadakan evaluasi hasil belajar dan alat-alat evaluasi produk pun dapat ditinjau secara kritis. Bilamana evaluasi produk menunjukkan kekurangan-kekurangan tertentu dalam pengesuaan tujuan instruksional, hal itu mungkin saja disebabkan karena kelemahan-kelemahan dalam perencanaan dan pelaksanaan evaluasi produk. Dalam hal ini bantuan dari seorang ahli  di bidang testing akan bermanfaat.

F.Macam-macam Instrumen Evaluasi Pembelajaran
Obyek-obyek evaluasi pembelajaran yang disebutkan di atas dapat ditinjau menurut pendapat dari ahli-ahli di bidang pendidikan, ahli-ahli di bidang studi tertentu, guru-guru, dan bahkan dari siswa-siswa serta orang tua. Mereka itu dapat diminta untuk mengemukakan pandangannya secara bebas; dengan cara menyediakan daftar-daftar pertanyaan untuk mereka jawab. Misalnya dapat disusun daftar pertanyaan mengenai kelayakan tujuan-tujuan instruksional dan relevansi materi pelajaran yang kemudian dijawab oleh orang-orang yang cukup kompeten untuk memberikan pandangan kritis. Dibawah ini disebutkan beberapa metode dan alat yang dapat diterapkan.
                                                              i.      Daftar-daftar pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan biasanya dituangkan dalam bentuk yang mirip pertanyaan pilihan ganda atau skala penilaian.
                                                            ii.      Metode observasi. Beberapa orang yang cukup terlatih dalam mengadakan observasi dengan menggunakan suatu alat yang disesuaikan dengan apa yang akan diobservasi, menghadiri proses belajar-mengajar di dalam kelas. Salah satu system observasi terencana ialah system analisa interaksi verbal yang dikembangkan oleh Ned. A. Flanders dalam bukunya yang berjudul “analyzing Teacher Behavior”, yang dikenal denga nama Interaction Analysis Categories. Dapat dikembangkan daftar-daftar observasi yang mencakup hal-hal yang relevan bagi pengelolaan pengajaran, misalnya:
1.      Tujuan instruksional: dijelaskan atau tidak.
2.      Materi pelajaran: sesuai denga tujuan atau tidak.
3.      Keadaan awal siswa: kemampuan prasyarat dicek atau tidak.
4.      Prosedur didaktik: sesuai dengan tujuan atau instruksional atau tidak.
5.      Media pengajaran: cara penggunaan dan kesesuaiannya.
6.      Gaya mengajar: corak interaksi, kontak mata, suasana dalam kelas.
7.      Pengelompokan siswa: sesuai dengan tujuan atau tidak.
8.      Prosedur evaluasi: relevan atau tidak.
9.      Keterlibatan siswa: siswa aktif atau pasif. 
                                                          iii.      Wawancara dengan beberapa siswa mengenai pengalaman mereka selama berpartisipasi dalam proses belajar mengajar dalam kelas dan selama mengikuti testing hasil belajar.
                                                          iv.      Laporan tertulis oleh para siswa setelah suatu program pengajaran selesai. Siswa dapat diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapatnya menurut selera sendiri tetapi hasilnya sering mengecewakan karena siswa kurang mengetahui apa yang harus diberi tanggapan. Maka akan lebih baik bila mereka diberi beberapa petunjuk tentang apa yang perlu ditanggapi, misalnya:
1.      Tempo pengajaran: terlalu cepat atau terlalu terlambat.
2.      Prosedur didaktik yang digunakan: sesuai atau kurang sesuai.
3.      Materi pelajaran: menarik atau kurang menarik.
4.      Hasil apa yang dipetik dari pengajaran.
5.      Penjelasan yang diberikan oleh guru: dapat ditangkap atau tidak.
6.      Prosedur evaluasi belajar: dianggap sesuai atau tidak.
7.      Usul-usul perbaikan.

1 komentar: