Selamat Datang

Selamat datang di tbp-unj.blogspot.com. Blog ini merupakan blog pembelajaran Teori Belajar dan Pembelajaran.

Jumat, 28 Oktober 2011

Pendekatan Belajar Kooperatif


Pendekatan belajar kooperatif sangat dikenal pada tahun 1990-an (Duffy & Cunningham, 1996). Oxford Dictionary (1992) mendefinisikan kooperasi (cooperation) sebagai ”bersedia untuk membantu” (to be of assistance or be willing to assist ). Kooperatif juga berarti bekerja bersama untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Menurut Slavin (1987), belajar kooperatif dapat membantu siswa dalam mendefinisikan struktur motivasi dan organisasi untuk menumbuhkan kemitraan yang bersifat kolaboratif (collaborative partnership).
                 Pengelompokan siswa merupakan salah strategi yang dianjurkan sebagai cara siswa untuk saling berbagi pendapat, berargumentasi & mengembangkan berbagai alternatif pandangan dalam upaya konstruksi pengetahuan. Tiga konsep yang melandasi metode kooperatif:
1.Team rewards: Tim akan mendapat hadiah bila mereka mencapai kriteria  tertentu yang ditetapkan.
2.Individual accountability: Keberhasilan tim bergantung dari hasil belajar individual dari semua anggota tim. Pertanggung jawaban berpusat pada kegiatan anggota tim dalam membantu belajar satu sama lain & memastikan bahwa setiap anggota siap untuk kuis atau penilaian lainnya tanpa bantuan teman sekelompoknya.
3. Equal opportunities for success: Setiap siswa memberikan kontribusi kepada timnya dengan cara memperbaiki hasil belajarnya sendiri yang terdahulu. Kontribusi dari semua anggota kelompok dinilai.
            Pendekatan belajar kooperatif menganut 4 prinsip utama yaitu:
1. saling ketergantungan positif: Arti ketergantungan dalam hal ini adalah keberhasilan kelompok merupakan hasil kerja keras seluruh anggotanya. Setiap anggota berperan aktif dan mempunyai andil yang sama terhadap keberhasilan kelompok.
2.tanggungjawab perseorangan: tanggung jawab perseorangan muncul ketika seorang anggota kelompok bertugas untuk menyajikan yang terbaik di hadapan guru dan teman sekelas lainnya. Anggota yang tidak bertugas, dapat melakukan pengamatan terhadap situasi kelas, kemudian mencatat hasilnya agar dapat didiskusikan dalam kelompoknya.
3.interaksi tatap muka: Bertatap muka merupakan satu kesempatan yang baik bagi anggota kelompok untuk berinteraksi memecahkan masalahbersama, disamping membahas materi pelajaran. Anggota dilatih untuk menjelaskan masalah belajar masing-masing, juga diberi kesempatan untuk mengajarkan apa yang dfikuasainya kepada teman satu kelompok.
4.komunikasi antar anggota: Model belajar kooperatif juga menghendaki agar para anggota dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapatnya.   Setiap siswa memperoleh kesempatan berlatih mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana pendapat orang lain tanpa menyinggung perasaan orang tersebut.
5.evaluasi proses secara kelompok: Perlu dijadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.
              Cooperative learning juga merupakan model pembelajaran yang menekankan aktivitas kolaboratif siswa dalam belajar yang berbentuk kelompok, mempelajari materi pelajaran, dan memecahkan masalah secara kolektif kooperatif.
Pendekatan belajar kooperatif menuntut adanya modifikasi tujuan pembelajaran dari sekedar penyampaian informasi (transfer of information) menjadi kontruktif pengetahuan (contruction of knowledge) oleh individu melalui belajar berkelompok. Meskipun demikian, prinsip ini sering kali tidak nampak jelas, karena dari berbagai literatur tentang belajar kooperatif dan kolaboratif, informasi petunjuk dan pelaksanaan belajar kooperatif pada umumnya menitik beratkan pada struktur dan manajemen pembelajaran. Hal ini bisa dilihat dalam hal distribusi jender, jumlah siswa dalam kelas, serta strategi pembagian tugas sehingga semua siswa aktif mengerjakan tugas.


            Model-model; Belajar Kooperatif:
            Model STADS (Student Team Achievement Division), dengan prosedur   
            sebagai berikut:
  1. Sajian guru meliputi penyajian pokok permasalahan, konsep, kaidah & prinsip2 bidang ilmu. Penyajian dalam bentuk ceramah atau tanya jawab.
  2. Diskusi kelompok dilakukan berdasarkan permasalahan yang disampaikan oleh guru, oleh sekelompok siswa yang heterogen. Peran guru mengatasi konflik antar anggota sangat diperlukan. Diskusi bertujuan untuk mendalami topik2 yang disajikan dosen.
  3. Setelah pendalaman materi, dilakukan tes/kuis/ silang tanya jawab antar kelompok siswa untuk mengetahui hasil belajar siswa.
  4. Dalam silang tanya, guru memberikan penguatan dalam dialog tersebut.

Model JIGSAW II, dengan prosedur sebagai berikut:
      1.Siswa secara individu maupun kelompok (heterogen) mengkaji bahan ajar.
      2.Dibentuk kelompok ahli (homogen) untuk diskusi pendalaman materi bahan   ajar yang dibaca.
    3.Kembali ke kelompok asal (heterogen), siswa menjadi peer-tutor terhadap
       satu sama lain. Terjadi pembentukan pengetahuan secara berkelompok (social construction of knowledge)
          4. Tes/kuis untuk mengukur kemampuan siswa secara individual
5. Diskusi terbuka, sementara guru memberikan penguatan

         Model TGT (Teams Games Tournament), dengan prosedur sebagai berikut:
          1. Dalam identifikasi masalah, siswa & guru mencoba mengajukan masalah/ kasus yang berkaitan dengan materi/ konsep yang sudah dipelajari dalam pertemuan sebelumnya, atau melalui tugas membaca di rumah.
    2. Masalah dipecahkan bersama dalam kelompok
    3. Hasil pemecahan masalah disajikan dalam bentuk turnamen, ada kompetisi untuk penyajian/ pemecahan masalah yang terbaik. Guru  & beberapa siswa berperan sebagai penilai/juri.
   4.Untuk mengukur kemampuan siswa dilakukan kuis
           Belajar kooperatif sangat tepat untuk digunakan dalam penyelesaian studi kasus, proyek penelitian, dan tugas interaktif  yang dimediasikan oleh komputer. Belajar kooperatif bermanfaat untuk meningkatkan sikap positif pembelajar terhadap lingkungan belajar termasuk guru, kemauan kerja sama, kemampauan nalar, keterlibatan emosional, interaksi antar pembelajar dan dukungan sosial. Ketrampilan interpersonal merupakan faktor penting yang perlu dibina dalam belajar kooperatif. Ketrampilan interpersonal diperlukan untuk membangun & memelihara hubungan antar pribadi yang saling menguntungkan. Para anggota kelompok harus membangun rasa saling percaya melalui komunikasi yang terbuka antar anggota, keadilan bagi semua anggota dan dukungan yang pantas & jujur dari semua yang berkepentingan dalam mencapai tujuan yang telah ditetpkan bersama.

1 komentar: